Revolusi
hijau telah mendorong penggunaan pupuk anorganik sebagai prioritas
untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman guna menopang
kebutuhan pangan. Seiring dengan itu, penggunaan pupuk anorganik cukup
mampu meningkatkan hasil tanaman sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pangan tetapi sekaligus memberikan dampak berkurangnya penggunaan pupuk
organik. Bahkan ditinggalkannya pupuk organik oleh petani dalam usaha
membudi dayakan tanamannya.
Dampak
penggunaan pupuk anorganik yang tidak mempertimbangkan sifat tanah dan
kebutuhan tanaman telah menimbulkan permasalahan tersendiri terutama
yang berlebihan pada produktivitas dan kesehatan tanah. Praktek
penggunaan pupuk anorganik merupakan salah satu sumber emisi gas rumah
kaca seperti N2O dan CH4 yang berpengaruh pada pemanasan global. Kehilangan nitrogen dari pupuk N melalui proses volatilisasi NH3 maupun emisi gas N2O, selain mengakibatkan penggunaan pupuk tidak efisien juga menyebabkan dampak negatif pada lingkungan.
Untuk
mengatasi masalah efisiensi pupuk dan penurunan kualitas lingkungan
salah satunya adalah dengan gerakan penggunaan kembali pupuk organik
seperti kompos yang bersumber dari sumber daya lokal. Pemanfaatan kompos
bisa mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik sehingga bisa mengatasi
persoalan subsidi pupuk dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan
produktivitas lahan dengan mempraktekkan pertanian yang ramah
lingkungan. Selain hal tersebut penggunaan kompos juga dapat memperkecil
fluktuasi suhu dan kelembapan tanah yang semakin meningkat akibat
terjadinya perubahan iklim. Untuk menghasilkan kompos yang bermutu baik,
diperlukan teknologi pengomposan yang selama ini telah teruji baik di
laboratorium maupun lapangan.
Sumber : http://balittanah.litbang.deptan.go.id/teknologi pengomposan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar