Kamis, 20 September 2012

Teknologi Pengomposan

Revolusi hijau telah mendorong penggunaan pupuk anorganik sebagai prioritas untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman guna menopang kebutuhan pangan. Seiring dengan itu, penggunaan pupuk anorganik cukup mampu meningkatkan hasil tanaman sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan tetapi sekaligus memberikan dampak berkurangnya penggunaan pupuk organik. Bahkan ditinggalkannya pupuk organik oleh petani dalam usaha membudi dayakan tanamannya.
Dampak penggunaan pupuk anorganik yang tidak mempertimbangkan sifat tanah dan kebutuhan tanaman telah menimbulkan permasalahan tersendiri terutama yang berlebihan pada produktivitas dan kesehatan tanah. Praktek penggunaan pupuk anorganik merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca seperti N2O dan CH4 yang berpengaruh pada pemanasan global. Kehilangan nitrogen dari pupuk N melalui proses volatilisasi NH3 maupun emisi gas N2O, selain mengakibatkan penggunaan pupuk tidak efisien juga menyebabkan dampak negatif pada lingkungan.
Untuk mengatasi masalah efisiensi pupuk dan penurunan kualitas lingkungan salah satunya adalah dengan gerakan penggunaan kembali pupuk organik seperti kompos yang bersumber dari sumber daya lokal. Pemanfaatan kompos bisa mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik sehingga bisa mengatasi persoalan subsidi pupuk dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas lahan dengan mempraktekkan pertanian yang ramah lingkungan. Selain hal tersebut penggunaan kompos juga dapat memperkecil fluktuasi suhu dan kelembapan tanah yang semakin meningkat akibat terjadinya perubahan iklim. Untuk menghasilkan kompos yang bermutu baik, diperlukan teknologi pengomposan yang selama ini telah teruji baik di laboratorium maupun lapangan.

Sumber :  http://balittanah.litbang.deptan.go.id/teknologi pengomposan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar