Kamis, 20 September 2012

EM4 (DEKOMPOSER) BUATAN SENDIRI

Sebagai starter mikroorganisme pada proses dekomposer EM4 menjadi begitu penting dalam dunia pertanian organik. Jika kita harus membeli EM4 tersebut harganya lumayan mahal, padahal ada berbagai cara untuk membuat EM4 sendiri dengan harga bahan baku yang sangat murah. Salah satu caranya adalah sebagai berikut:

BAHAN:
  1. Pepaya matang atau kulitnya 0,5 kg
  2. Pisang matang atau kulitnya 0,5 kg
  3. Nanas matang atau kulitnya 0,5 kg
  4. Kacang panjang segar 0,25 kg
  5. Kangkung air segar 0,25 kg
  6. Batang pisang muda bagian dalam 1,5 kg
  7. Gula pasir 1 kg
  8. Air tuak dari nira / Air kelapa 0,5 liter
CARA PEMBUATAN:
  1. Pepaya, pisang, nanas, kacang panjang, kangkung dan batang pisang muda dihancurkan hingga ukuran menjadi agak halus. Buah harus yang sudah matang atau dapat juga digunakan kulit buah yang tidak dimakan.
  2. Setelah dihancurkan, campuran bahan tersebut dimasukkan dalam ember.
  3. Campurkan gula pasir dan tuak/air kelapa dalam ember tadi dan aduk hingga rata.
  4. Wadah ditutup rapat dan disimpan selama 7 hari
  5. Setelah 7 hari larutan yang dihasilkan dikumpulkan secara bertahap setiap hari hingga habis.
  6. Larutan tersebut disaring dan dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat. Larutan tersebut adalah EM4 yang siap digunakan dan dapat bertahan hingga 6 bulan.
  7. Ampas dari hasil penyaringan larutan bisa digunakan sebagai pupuk kompos.
sumber: http://media-penyuluhan.blogspot.com/2012/06/em4-dekomposer-buatan-sendiri.html

MEMBUAT FERMENTASI URIEN SAPI UNTUK PUPUK ORGANIK CAIR

Salam pertanian. Dalam dunia pertanian ternyata urine sapi (air kencing sapi) sangat bermanfaat sekali bagi petani karena urine sapi ini dapat digunakan sebagai pupuk cair. Sebelum digunakan sebagai pupuk pertanian urine sapi ini sebaiknya di fermentasi terlebih dahulu.Salah satu cara memfermentasi urine sapi salah tersebut adalah:
BAHAN:
  • Urine sapi 20 liter
  • Gula merah 1 kg atau tetes tebu 1 liter
  • Segala jenis empon-empon(Lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali) masing-masing ½ kg
  • Air rendaman kedelai 1 gelas atau Urea 1 sendok makan
  • Lebih bagus jika dicampur dengan bakteri dekomposer (EM4, Simba, Mbio dll)
  • Air 4 liter
CARA PEMBUATAN:
  • Empon-empon ditumbuk dan direbus sampai mendidih
  • Setelah dingin campur dengan semua bahan yang lain
  • Ditutup rapat dalam jerigen dan didiamkan selama 3 minggu
  • Setiap hari sekali tutup dibuka untuk membuang gas yang dihasilkan
CARA PENGGUNAAN:
Gunakan urine tersebut dengan kadar 10% (1 urine:10 air)
  • Untuk seedtreatmen benih/biji direndam selama semalam
  • Untuk bibit perendaman selama maksimal 10 menit
  • Untuk pupuk cair yang diaplikasi lewat daun gunakan 1 liter urine per tangki
MANFAAT:
  • Zat perangsang pertumbuhan akar tanaman pada benih/bibit
  • Sebagai Pupuk daun organik
  • Dengan dicampur pestisida bisa membuka daun yang keriting akibat serangan thrip
Salam Pertanian!!
Amirullah. S.Pt (Penyuluh Pertanian Pertama)
BP4K Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan
Sumber : http://informasi-budidaya.blogspot.com/

Membuat Pupuk Organik Cair

Salam Pertanian! Kalau kita main ke kios-kios pertanian pasti kita akan banyak menemukan pupuk organik cair yang dijual. Demikian juga sekarang banyak sales-sales pupuk orgaik cair yang berkeliaran dimana-mana he he he...
Padahal dengan sangat mudah kita bisa membuat pupuk organik cair tersebut, sehingga kita tidak usah membeli dengan harga yang cukup mahal. Mau tahu caranya?

ALAT DAN BAHAN:
  1. Drum/ jerigen
  2. Cair: Urine/ limbah cucian ikan/ cucian daging dll
  3. Padat: Kotoran sapi, kambing, unggas kalau perlu malah ditambah kotoran kita he he...
  4. Hijauan: Tanaman Legume (gliricide, lamtoro, rumput wedusan dll) dan tanaman pakis-pakisan.
  5. Tetes tebu/ gula pasir/ gula jawa
  6. Buah-buahan busuk: pepaya, nangka, pisang, semangka dll
  7. Bacteri pengurai: EM4, M bio, simba dll
  8. Abu: Abu dapur, abu sekam dan abu daun bambu
CARA MEMBUAT:
  1. Siapkan drum/ jerigen bersihkan jika kotor.
  2. Masukkan semua bahan, komposisi bahan sebaiknya cair 70 % dan padat 30 %.
  3. Aduk-aduk lalu tutup rapat (karena proses ini menggunakan bacteri anaerob)
  4. Tiap 3 hari sekali harus dibuka dan di aduk-aduk
  5. Setelah 1 bulan pupuk organik cair siap digunakan (tanda-tanda jadi yaitu bau tidak menyengat dan warna cairan dan bahan hitam kecoklatan)
CARA MENGGUNAKAN:
  1. Saring larutan menggunakan kain lalu semprotkan ketanaman dengan konsentrasi 1 gelas 200ml/ tangki semprot.
  2. Ampasnya bisa dikeringkan dan gunakan sebagai pupuk organik padat
Semoga bermanfaat bagi pembangunan pertanian…..
sumber:  http://informasi-budidaya.blogspot.com/
sumber: http://media-penyuluhan.blogspot.com/2012/06/mudahnya-membuat-pupuk-organik-cair.html 

PUPUK ALAMI solusi petani masakini

Produktivitas tanaman sangat erat hubungannya dengan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara dan air secara efisien dari tanah. Kegiatan akar tanaman ditentukan oleh suatu kumpulan biologi terpadu, dengan mengetahui pengetahuan ini dapat meningkatkan masing-2 proses biologi secara nyata. Pemanfaatan mikroba menawarkan teknik-teknik yang memungkinkan untuk meningkatkan serapan unsur hara, mempercepat pelapukan limbah organik padat, mengendalikan patogen tanah, memantapkan agregat tanah, dan secara keseluruhan meningkatkan kesuburan tanah. Informasi ini belum begitu banyak diketahui oleh petani kita secara mendalam. Pemanfaatan mikroba menguntungkan adalah Pupuk masa depan yang ramah lingkungan dan bersahabat, sebenarnya teknologi ini sudah lama diterapkan oleh leluhur kita dalam berbudidaya. Beberapa mikroba yang sering digunakan dalam budidaya organik :
Azotobacter sp.
Bertugas / berfungsi untuk melindungi atau menyelimuti hormon tumbuh yang terdapat dalam dan juga berfungsi sebagai mikroba penambat N (nitrogen) dari udara bebas.
Azospirillium sp.
Berfungsi sebagai penambat N (nitrogen) dari udara bebas untuk diserap oleh tanaman, serta menghasilkan hormon tumbuh IAA (Indole Acetid Acid).
Pseudomonas sp.
Menghasilkan enzim pengurai yang disebut lignin dan berfungsi juga untuk memecah ikatan zat-zat kimia yang tidak dapat terurai oleh mikroba lainnya serta melarutkan fosfat yang terikat dalam mineral liat tanah menjadi senyawa yang mudah diserap oleh tanaman. Selain itu dapat membantu proses dekomposisi, serta dapat mengurai residu pestisida yang jatuh didalam tanah.
Lactobacillius sp.
Berfungsi untuk membantu proses fermentasi bahan organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap tanaman.
Bacillus sp.
Bacillus polymiyxa dapat menghasilkan fitohormon yang berpotensi untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan. Fitohormon yang dihasilkan bakteri tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara tidak langsung fitohormon dari bakteri ini dapat menghambat organisme patogen pada tanaman, sedangkan pengaruh secara langsung fitohormon tersebut adalah untuk meningkatkan petumbuhan tanaman dan dapat bertindak sebagai fasilitator dalam penyerapan beberapa unsur hara dari lingkungan.
Rhizobium sp.
Merupakan bakteri penambat Nitrogen dari udara, yang bersimbiotik dengan akar tanaman (inang), tanaman-tanaman tersebut adalah kacang-kacangan dan tanaman jenis leguminase, menghambat pertumbuhan bakteri patogen serta memproduksi alfa amilase, beta-glucanase, protease dan hemi-selulosa.
Streptomyces sp.
Berfungsi menghasilkan antibiotik, vitamin, enzim dan antioksidan.

sumber:  http://syamsulhuda-fst09.web.unair.ac.id/artikel_detail-23197-pertanian-PUPUK%20ALAMI%20solusi%20petani%20masakini.html

Cara membuat Kompos (metode karung)

 
 Untuk menunjang proyek tanaman obat dan Go Green di sekolah ku Al Zahra vila dago Pamulang, kita akan belajar dan praktek membuat pupuk kompos. Ada beberapa macam cara, salah satunya adalah dengan metode karung.

Berikut ini adalah cara pengomposan, dengan menggunakan karung sebagai wadahnya :
Langkah 1:

 
 Potong/cacah dengan ukuran 2 s/d 3 cm sampah organik yang akan dibuat kompos.

Langkah 2:

Campur sampah coklat dan sampah hijau dengan perbandingan 1:2. Jika terlalu banyak sampah coklat, pengomposan akan memakan waktu lama.

Langkah 3:

Ratakan sampah yang akan dibuat kompos sebelum dicampur dengan MOL.

Langkah 4:

Sirami permukaan sampah secara merata dengan MOL.

Langkah 5:

Aduk agar MOL tercampur merata. Siram kembali dengan MOL sampai sampah terlihat basah kemudian aduk kembali.

Langkah 6:

Masukkan sampah ke dalam karung, setelah diangin-anginkan sebentar. Kemudian karung diikat agar tidak diacak-acak kucing, anjing, atau ayam.

Langkah 7:

Karung ditusuk-tusuk dengan obeng atau alat lainnya secara merata agar oksigen (udara segar) bisa masuk.

Langkah 8:

Simpan di tempat yang tidak kehujanan dan tidak terkena sinar matahari langsung.

Langkah 9:

Seminggu sekali Langkah 3 s/d 8 diulang kembali. Dalam waktu enam minggu kompos sudah jadi dan siap digunakan.

Catatan:
Minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja, suhu mencapai 45-65C. Karung terasa hangat bila dipegang.
Minggu ke-3 dan ke-4 suhu mulai menurun menjadi sekitar 40C.
Minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal seperti suhu tanah, kompos sudah jadi/matang.
Kompos yang sudah jadi berwarna coklat kehitam-hitaman dan baunya seperti tanah.
Kompos bisa disimpan di dalam karung sebelum digunakan.

Hal-hal lain yang perlu diketahui:
Pertama, yang perlu diketahui adalah bahan baku utama membuat kompos, yaitu sampah itu sendiri. Ada dua jenis sampah yaitu organik dan anorganik. Kita harus memisahkan sampah berdasarkan jenisnya. Yang termasuk sampah organik dan bisa dijadikan bahan kompos adalah sampah coklat (daun kering, rumput kering, serbuk gergaji, serutan kayu, sekam, jerami, kulit jagung, kertas yang tidak mengkilat, tangkai sayuran) dan sampah hijau (sayuran, buah-buahan, potongan rumput seg
ar, daun segar, sampah dapur, ampas teh/kopi, kulit telur, pupuk kandang). Sedangkan yang masuk kelompok sampah anorganik adalah plastik, stereoform, kertas (mengkilat), logam, dan kaca.

Selain itu ada bahan-bahan yang sebaiknya tidak dibuat kompos yaitu:
- Daging, ikan, kulit udang, tulang, susu, keju, lemak/minyak, ampas kelapa, sisa sayuran yang bersantan (menyebabkan munculnya belatung).
- Kotoran anjing & kucing (kemungkinan membawa penyakit).
- Tanaman yang berhama (hama dan bijinya masih terkandung dalam kompos jadi).
- Ranting, dahan, dan batang kayu yang tidak mudah hancur dalam kompos (mengundang rayap).

Kedua, starter yang digunakan untuk mengurai sampah menjadi kompos. Di toko pertanian sebenarnya dijual starter siap pakai seperti EM4 (effective microorganism 4), tapi barangkali anda akan lebih puas jika bisa membuat sendiri. Selain itu, hemat. Starter yang dijual di toko harganya berkisar Rp.15.000. Mungkin lebih, mungkin bisa kurang. Anda cek saja sendiri deh. Yang pasti, anda tidak akan keluar uang sepeserpun bila membuatnya sendiri.

Starter buatan sendiri ini biasa disebut dengan MOL (mikro organisme lokal). Bahan yang digunakan untuk membuatnya bisa bermacam-macam, tergantung selera. Namun, di sini saya akan menjelaskan cara membuat MOL yang bahannya mudah didapat. Di rumah ada nasi kan? Kita bisa membuat MOL dari nasi, yang baru maupun basi.

Langkah-langkah membuat MOL yang merupakan starter dalam pengomposan:
1. Nasi (baru maupun basi) dibentuk bulat sebesar bola ping-pong sebanyak 4 buah.
2. Diamkan selama tiga hari sampai keluar jamur yang berwarna kuning, jingga, dan abu-abu.
3. Bola nasi jamuran kemudian dimasukkan ke dalam botol/wadah plastik.
4 Tuang air satu gayung yang sudah dicampur gula sebanyak empat sendok makan ke dalam botol/wadah yang berisi nasi jamuran.
5, Diamkan selama satu minggu. Campuran nasi dan air gula tersebut akan berbau asem seperti tape/peuyeum.

MOL sudah bisa digunakan sebagai starter untuk membuat kompos dengan dicampur air. Perbandingan MOL dengan air sebesar 1:5.

Ketiga, wadah untuk memproses sampah menjadi kompos. Wadah ini biasa disebut dengan komposter. Macam-macam jenisnya, ada yang terbuat dari batako, gentong plastik, ada yang namanya keranjang takakura, bahkan bila mau bisa beli jadi yang harganya sampai ratusan ribu. Tapi sekali lagi, anda mungkin akan balik kanan bila mau bikin kompos saja kok repot amat. Apalagi selain repot, mahal lagi. Mending dibuang ke kali deh, beres urusannya. Nggak usahlah ikut-ikutan birokrat hitam yang berprinsip “bila bisa dipersulit kenapa harus dipermudah.” Kita balik saja prinsip itu menjadi “bila dapat dipermudah kenapa mesti dibikin susah.” Kita gunakan karung sebagai tempat membuat kompos. Gampang kan? Di rumah pasti anda punya karung. Jika tidak ada, minta tolong saja emak anda untuk beli beras yang 20 kiloan. Berasnya dimasak jadi nasi kemudian dimakan, sebagian dibikin MOL, karungnya buat komposter.

Keempat, Sampah coklat kaya kandungan karbon (C) yang merupakan sumber energi makanan untuk mikroba. Sampah hijau mengandung nitrogen (N) yang diperlukan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang biak. Sampah organik secara alami akan mengalami penguraian oleh ratusan jenis mikroba, enzim, jamur, dan binatang tanah. Proses penguraian memerlukan suhu tertentu, kelembaban, dan oksigen (udara segar).

sumber belajar dari : http://kampungantenan.blogspot.com/2008/03/kompos-dalam-karung.html

Uji Mutu dan Efektivitas Pupuk Alternatif Anorganik

Kebijaksanaan penghapusan subsidi pupuk telah mengakibatkan terjadinya kelangkaan pupuk-pupuk anorganik produksi pabrik di lapangan. Hal itu segera diatasi dengan kebijakan pemerintah melalui pintu terbuka dengan menumbuhkembangkan mekanisme pasar bagi pengadaan dan penyaluran pupuk. Kebijakan tersebut berakibat beredarnya pupuk anorganik merek-merek baru, baik impor maupun produksi dalam negeri yang mutu dan efektivitasnya belum diketahui. Pupuk baru yang beredar di pasaran dan sebagiannya belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) dikenal dengan sebutan pupuk alternatif.
Dalam rangka penertiban dan pengawasan kualitas pupuk anorganik yang beredar di lapangan, Departemen Pertanian telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 9/Kpts/TP.260/1/2003 tentang Persyaratan dan Tatacara Pendaftaran Pupuk Anorganik. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa semua pupuk anorganik yang akan diedarkan di pasaran harus mempunyai nomor pendaftaran.Uji mutu dan efektivitas pupuk diperlukan agar setiap pupuk yang beredar mempunyai mutu yang sesuai dengan standar dan efektif meningkatkan hasil tanaman. Dalam rangka mendukung terlaksananya pengujian mutu dan uji efektivitas ini diperlukan adanya standardisasi metode pengujian berupa petunjuk teknis metodologi pengujian efektivitas pupuk.

AKTIVITAS BEBERAPA ISOLAT BAKTERI PELARUT FOSFAT PADA BERBAGAI KADAR C-ORGANIK DI TANAH ULTISOLS

E. Santosa
Balai Penelitian Tanah, Bogor
ABSTRAK
Penelitian untuk mengetahui pengaruh kadar C-organik terhadap kinerja BPF tanah ultisols telah dilaksanakan di Laboratorium Biologi Tanah dengan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok berpola faktorial. Faktor A adalah sterilisasi tanah yaitu tanah steril dan tanah tidak steril. Faktor B adalah kadar C-organik tanah terdiri atas 1,5; 1,7; 2,1; dan 2,7%. Sedangkan faktor C adalah isolat BPF yaitu kontrol (tanpa isolat), Isolat ES1, Isolat ES24.2, Isolat ES46.2, dan Isolat ES51.1. Setiap perlakuan diulang 3 kali pada 500 g tanah/pot yang diberi P-alam Ciamis 1 g/pot dan diinkubasi selama 30 hari, selama inkubasi kadar air tanah dipertahankan pada kapasitas lapang. Sterilisasi tanah, P-alam dan jerami giling pada perlakuan tanah steril, dengan radiasi sinar g 50 kGray. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan kadar C-organik tanah di ultisols dapat meningkatkan aktivitas BPF dan mikroba tanah lainnya yang ditunjukkan peningkatan aktivitas dehidrogenase, produksi CO2-tanah, kadar P-tersedia (Bray I) dan penurunan kadar Aldd. Pada tanah yang berkadar C-organik 1,5%, sterilisasi tanah tidak berpengaruh terhadap aktivitas BPF yang ditunjukkan tidak adanya perbedaan aktivitas dehidrogenase, produksi CO2-tanah dan kadar P-Bray I. Pada kadar C-organik 1,7% isolat BPF pada tanah steril nyata meningkatkan kadar P-Bray I. Pada tanah yang berkadar C-organik > 2,1% sterilisasi tanah tidak memberikan perbedaan yang nyata tetapi inokulasi BPF nyata meningkatkan aktivitas dehidrogenase, produksi CO2-tanah, kadar P Bray I dan menurunkan kadar Aldd.
Makalah diterbitkan pada Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Sumberdaya Lahan, Bogor, 24-25 Nopember 2009 Buku II: Teknologi Konservasi, Pemupukan, dan Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.
sumber: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/

NERACA HARA N, P, K PADA BEBERAPA POLA TUMPANGSARI SAYURAN ORGANIK

D. Setyorini dan W. Hartatik
Balai Penelitian Tanah, Bogor
PENDAHULUAN
Dewasa ini penggunaan input kimia dari pupuk dan pestisida kimia pada tanaman sayuran dataran tinggi di Asia cenderung berlebihan sehingga berpotensi untuk menimbulkan polusi lingkungan dan akhirnya berdampak pada menurunnya kesehatan masyarakat. Sebaliknya, cara budidaya secara organik dapat mereduksi pengaruh buruk yang diakibatkan oleh cara budidaya konvensional dengan input tinggi (www.qlif.org).
Penilaian yang dilakukan Alfoeldi et al. (2002) menyatakan bahwa sistem pertanian organik unggul dalam berbagai kondisi lingkungan: mencegah penurunan sumberdaya (air, energi, dan hara), berkontribusi meningkatkan stok karbon dalam tanah, berkontribusi positif dalam pengurangan GRK dan meningkatkan biodiversitas pada tingkat yang lebih luas. Senada dengan hal tersebut, Moeskops et al. (2009) menyatakan bahwa penggunaan pupuk dan pestisida kimia pada budidaya sayuran konvensional sangat nyata menurunkan aktivitas mikrobia di dalam tanah yang ditunjukkan dengan menurunnya aktivitas enzim. Pada daerah tropis beriklim basah seperti di Jawa Barat, budidaya pertanian organik dapat memperbaiki fungsi biologis (keragaman dan aktivitas mikrobia) di dalam tanah dalam waktu sekitar dua tahun. Bending (2002) menunjukkan bahwa terjadi kontras yang sangat nyata antara sistem pertanian organik dan konvensional dalam penilaian kualitas tanah (sifat fisik, kimia dan biologi). Kualitas biologi tanah kebun sayuran organik sangat nyata lebih baik dibandingkan tanah di kebun konvensional, namun hanya terdapat sedikit perbedaan untuk kualitas sifat kimia tanahnya.
Dalam sistem budidaya pertanian organik dimana penggunaan input kimia sintetis tidak diperbolehkan, sangatlah penting untuk mengetahui neraca hara (input dan output) agar dapat dinilai tingkat keberlanjutan produktivitas dalam upaya menjaga (maintaining) kesuburan tanah dalam jangka panjang. Hasil analisis neraca hara di 88 kebun organik di sembilan negara sub tropik menunjukkan bahwa telah terjadi surplus N dengan rata-rata 83,2 kgN/tahun dan nilai efisiensi (output/input) penggunaan N sebesar 0,2-0,9. Untuk fosfor (P) dan kalium (K) diperoleh neraca positif (3,6 kg P/ha/tahun dan 14,2 kg K/ha/tahun) pada pertanaman hortikultura (Berry et al., 2003). Secara umum dapat disimpulkan bahwa tingkat pengelolaan di kebun-kebun organik sangat bervariasi oleh karena itu diperoleh nilai neraca hara yang beragam. Neraca dan hara dan analisa tanah merupakan alat yang baik dalam melakukan penilaian keberlanjutan sistem pertanian organik. Neraca N, P, K di kebun sayuran organik pada tanah Eutric Hapludand Little Farm Cisarua, Lembang menunjukkan neraca positif dan meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanahnya. Pupuk organik yang direkomendasikan adalah kotoran sapi, kambing, kuda takaran 25 t/ha atau kotoran ayam takaran ≥ 20 t/ha atau ditambah dengan hijauan tithonia atau sisa tanaman (Fahmuddin et al., 2009).
Sejalan dengan prinsip pemupukan, sumber dan jenis pupuk organik yang ditambahkan dapat berasal dari berbagai sumber dengan jumlah yang mencukupi, namun tidak berlebihan untuk setiap unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman. Oleh karena itu, perhitungan neraca hara penting untuk dilakukan sebagai salah satu penilaian kelestarian dan keberlanjutan pengelolaan hara dalam jangka panjang dalam sistem pertanian organik (Dalgaard et al., 2006).
Tujuan percobaan ini adalah menghitung neraca hara N, P, K pada empat pola tumpangsari sayuran organik.
Makalah diterbitkan pada Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Inovasi Sumberdaya Lahan, Bogor, 24-25 Nopember 2009 Buku II: Teknologi Konservasi, Pemupukan, dan Biologi Tanah. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian.

Sumber: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/Aktivitas beberapa isolat bakteri pelarut

Pengomposan Jerami

Pengomposan merupakan proses humifikasi bahan organik tidak stabil (rasio C/N >25) menjadi bahan organik stabil yang dicirikan oleh pelepasan panas dan gas dari bahan yang dikomposkan. Percepatan pengomposan jerami dapat dilakukan dengan pencacahan bahan jerami, penggunaan mikroba pengompos (dekomposer) unggul dengan dosis maksimum, penggunaan bahan pelemah lignin, dan penambahan bahan starter (pemacu perkembangan mikroba).

















Sumber : http://balittanah.litbang.deptan.go.id/pengomposan jerami

Tithoganic

Tithoganic merupakan pupuk organik yang diperkaya dengan bahan mineral (dolomit dan fosfat alam) dan bahan hijauan Tithonia diversifolia yang mempunyai kadar hara N, P dan K tinggi.
Tithoganic berbentuk curah dan granul dengan kandungan hara:C-organik 20 -35%; C/N 15-25%; pH 6-8; kadar P O 2-4%; K O 2-2 5 2 4%; Ca 3-4%; Mg 0,5-2% dan kadar air granl 3-15% dan curah 7-20%.

Teknologi Pengomposan

Revolusi hijau telah mendorong penggunaan pupuk anorganik sebagai prioritas untuk meningkatkan produktivitas tanah dan tanaman guna menopang kebutuhan pangan. Seiring dengan itu, penggunaan pupuk anorganik cukup mampu meningkatkan hasil tanaman sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan tetapi sekaligus memberikan dampak berkurangnya penggunaan pupuk organik. Bahkan ditinggalkannya pupuk organik oleh petani dalam usaha membudi dayakan tanamannya.
Dampak penggunaan pupuk anorganik yang tidak mempertimbangkan sifat tanah dan kebutuhan tanaman telah menimbulkan permasalahan tersendiri terutama yang berlebihan pada produktivitas dan kesehatan tanah. Praktek penggunaan pupuk anorganik merupakan salah satu sumber emisi gas rumah kaca seperti N2O dan CH4 yang berpengaruh pada pemanasan global. Kehilangan nitrogen dari pupuk N melalui proses volatilisasi NH3 maupun emisi gas N2O, selain mengakibatkan penggunaan pupuk tidak efisien juga menyebabkan dampak negatif pada lingkungan.
Untuk mengatasi masalah efisiensi pupuk dan penurunan kualitas lingkungan salah satunya adalah dengan gerakan penggunaan kembali pupuk organik seperti kompos yang bersumber dari sumber daya lokal. Pemanfaatan kompos bisa mensubstitusi penggunaan pupuk anorganik sehingga bisa mengatasi persoalan subsidi pupuk dengan mempertahankan atau bahkan meningkatkan produktivitas lahan dengan mempraktekkan pertanian yang ramah lingkungan. Selain hal tersebut penggunaan kompos juga dapat memperkecil fluktuasi suhu dan kelembapan tanah yang semakin meningkat akibat terjadinya perubahan iklim. Untuk menghasilkan kompos yang bermutu baik, diperlukan teknologi pengomposan yang selama ini telah teruji baik di laboratorium maupun lapangan.

Sumber :  http://balittanah.litbang.deptan.go.id/teknologi pengomposan

Selasa, 18 September 2012

Pupuk Kompos

Kompos adalah peruraian bahan organik oleh jasad renik (mikrobia). Pemberian kompos tidak hanya memperkaya unsur hara bagi tanamn, namun juga berperanan dalam memperbaiki struktur tanah, tata udara dan air dalam tanah, mengikat unsur hara dan memberikan makanan bagi jasad renik yang ada dalam tanah sehingga meningkatkan peran mikrobia dalam menjaga kesuburan tanah. Pembuatan kompos juga relatif mudah. Unutk membuat kompos perlu dipertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a.   Bahan sebaiknya berukuran kecil, bebas dari tanaman yang terserang penyakit, akar-akar rumput jahat seperti: alang-alang, rumput jampang, rumput grinting, rumput yang banyak biji, bahan akar tanaman yang mengganggu.
b.   Bila bahan yang digunakan sedikit mengandung unsur nitrogen sebaiknya ditambah dengan bahan yang banyak mengandung nitrogen
c.   Tempat sebaiknya tidak terlalu besar agar memudahkan pembalikan, pengaturan suhu dan tata udaranya lancar.
e.       Kelembaban udara perlu diatur agar tidak terlalu kering dan basah
Membuat Kompos
Bahan
a.   Jerami
b. Daun-daunan, pelepah pisang, potongan rumput, sisa hasil pertanian
c.   Pupuk kandang: kotoran itik, ayam, sapi, kambing,
d.   Abu dapur
e.   Kapur
f.    EM-Lestari
Cara Pembuatan
Timbun bahan-bahan tersebuts ecara berlapis-lapis kecuali EM-lestari
a.   Lapisan pertama dalah jerami 15 cm
b.   Lapisan kedua pupuk kandang 5 cm
c.   Lapisan ketiga bahan organik: pelepah pisang, potongan rumput, daun-daunan, dll, setinggi 30 cm
d.   Lapisan keempat abu dapur/kapur setinggi 2 cm
f.    Lapisan kelima pupuk kandang setinggi 5 cm
Setiap menumpuk satu lapisan kemudian disiram dengan larutan EM-lestari yang sudah diencerkan. Setiap 1 gelas EM-lestari dicampur dengan satu ember air dan kemudian disiram-siramkan pada setiap lapisan. Penyiraman hendaknya hati-hati agar tidak terlalu basah.
Penimbunan tersebut bisa berulang-ulang sampai setinggi 1 s/d  1,5 meter. Hal ini untuk menjaga agar proses pengadukan bisa mudah.
Lapisan paling akhir adalah lapisan tanah yang subur. Setelah itu tutuplah dengan bahan bukan plastik. Bila kompos terasa panas aduklah agar terjadi proses pengaliran udara dan pencampuran bahan. Diperkirakan setelah 15 hari atau 2 minggu kompos sudah dapat digunakan.
Prinsip pembuatan kompos
a.   Menjaga kelembaban
Kelembaban berperanan penting dalam proses pembuatan kompos dan mutu kompos. Kelembaban optimum adalah 50-60%. Rndahnya kelembaban udara menurunkan proses penguraian, bila terlalu tinggi menghambat aliran udara.
b.   Pembalikan
Pembalikan diperlukan agar kompos tidak kekurangan udara dan mempercepat proses penguraian. Proses penguraian akan berjalan lambat jika kompos kekurangan udara.
c.   Peneduh
Agar proses penguraian bahan organik berlangsung  sempurna usahakan  tempat pembuatan kompos terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung. Karenanya tempat kompos perlu dibuatkan pelindung.

Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan pilihan pupuk organik yang bisa dimanfaatkan. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tersebut tergantung dari jenis ternak dan makanan ternak yang diberikan, air yang diminum, umur ternak, dll. Hindarkan pemakaian pupuk kandang yang masih baru, sebab pupuk kandang yang masih baru belum masak benar, dan suhunya masih tinggi.
Agar pupuk kandang terurai sebelum digunkaan pupuk kandang perlu ditimbun di tempat yang teduh dan tidak boleh kering. Untuk mempercepat proses peruraian pupuk kandang perlu diaduk.Tanda-tanda pupuk yang sudah mengalami peruraian adalah:
-     tidak panas, temperatur sama dengan tanah sekitar
-     kotoran dan rumput-rumputan tidak nampak
-     warna agak kehitam-hitaman
-     mudah ditaburkan
Cara penggunaan
Penggunaan pupuk organis: pupuk kandang, kompos atau pupuk hijau diberikan pada saat sebelum tanam atau saat tanaman sudah tumbuh. Pupuk dimasukkan ke dalam tanah atau dicampur dengan tanah sedalam 20 cm. Bisa juga dengan membuatkan alur-alur pada tanah dan ini dilakukan 1 minggu sebelum tanam. Pada waktu tanaman hendak ditanam pupuk diaduk dengan tanah. Jumlah pupuk yang diberikan tergantung jenis tanaman.
Permasalahan yang sering menghambat penggunaan pupuk organik adalah karena pupuk tersebut tidak praktis, kotor, dan jumlahnya banyak (ruah). Oleh karenanya kebanyakan petani yang sudah terbiasa dengan hal yang mudah dan praktis enggan menggunakan pupuk organik. Dengan kondisi tanah yang semakin rusak ditambah kenaikan harga pupuk kimia, pilihan penggunaan pupuk organik tidak harus ditunda-tunda lagi. Dalam penggunaan pupuk organik ada berbagai pilihan yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi setempat.
Pupuk kandang kering
Agar pupuk kandang tidak terlihat kotor dan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap tanaman serta mudah dibawa pupuk kadang dapat dikeringkan terlebih dahulu. Penggunaan pupuk kandang secara kering mengurangi pengaruh kenaikan temperatur selama proses peruraian dan terjadinya kekurangan nitrogen bagi tanaman.
Proses pengeringan dapat dilakukan dengan mencampur pupuk kandang dengan debu, lumpur kering, abu bakaran dapur atau abu bakaran. Setelah proses pencampuran letakanlah di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung dan ditutup sampai pupuk tersebut digunakan. Komposisi campuran 40% pupuk kandang 30% debu dan 30% lumpur kering.
Pupuk kandang cair
Pupuk kandang dapat pula digunakan dalam bentuk cair. Pupuk kandang cair dapat dibuat dengan mencampur kotoran hewan dengan air lalu  diaduk. Setelah larutan tercampur rata simpanlah di tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung dengan memberi penutup/pelindung. Biarkan agar terjadi proses fermentasi seblum digunakan. Penyimpanan pupuk kandang cair dilakukan dalam kondisi tertutup agar udara tidak dapat masuk. Hal ini dilakukan untuk menekan kehilangan nitrogen dalam bentuk gas amoniak yang menguap. Dengan menyimpannya terlebih dahulu sebelum digunakan akan meningkatkan kandungan fosfat dan membuat kandungan hara menjadi seimbang. Penggunaan pupuk kandang cair juga akan meningkatkan efisiensi penggunaan fosfat oleh tanaman.
Dalam penggunaan pupuk kandang perlu diwaspadai dalam pengggunaan langsung dalam tanaman adalah kemungkinan adanya kandungan gulma, organisme penyebab penyakit yang terkandung dalam pupuk kandang/kotoran hewan. Penggunaan secara langsung kemungkinan besar akan terjadi panas karena proses penguraian.
Kelebihan.
Pupuk kandang merupakan pupuk organik dapat berperanan sebagai bahan pembenah tanah. Pupuk kandang dapat mencegah erosi, pergerakan tanah dan retakan tanah. Pupuk kandang dan pupuk organik lainnya meningkatkan kemampuan tanah mengikat kelembaban, memperbaiki struktur tanah dan pengatusan tanah. Pupuk kandang memacu pertumbuhan dan perkembang bakteri dan mahluk tanah lainnya. Pupuk kandangan mempunyai kandungan unsur N, P, K rendah, tetapi banyak mengandung unsur mikro. Kandungan unsur nitrogen dalam pupuk kandang akan dilepaskan secara perlahan-lahan. Dengan demikian pemberian pupuk kandang yang berkelanjutan akan membantu dalam membangun kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Nilai dari pupuk kandang tidak hanya didasarkan pada pasokan jumlahnya tetapi jumlah nitrogen dan zat yang terkandung. Nitrogen yang dilepaskan dengan adanya aktivitas mikroorganisme kemudian dimanfaatkan oleh tanaman.
Berbagai contoh di atas memperlihatkan bahwa banyak sekali bahan yang dapat digunakan sebagai pupuk. Memang dalam penggunaannya pupuk organik ini memiliki kelemahan dibandingkan dengan pupuk kimia. Meskipun begitu pupuk organik memiliki banyak kelebihan yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimia. Selain itu penggunaan pupuk organik dapat melepaskan ketergantungan petani dari dunia luar dalam hal ini pabrik pupuk. Dengan membiasakan kembali penggunaan pupuk organik akan menjadikan petani tidak menjadi tidak terombang-ambingkan oleh perusahaan-perusahaan pupuk baik kimia maupun pabrik pupuk organik.

Pupuk hijau

Pupuk hijau adalah pupuk yang terdiri dari daun-daunan yang mudah membusuk dalam tanah. Daun-daunan dapat langsung dimasukkan ke dalam tanah sebagai pupuk hijau. Unsur hara yang terdapat pupuk hijau misalnya: N, P, K, dan unsur lainnya. Contoh pupuk hijau yang mudah didapat adalah sisa hasil pertanian. Sisa hasil pertanian banyak mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman. Pengembalian sisa tanaman diperlukan untuk mengembalikan unsur-unsur yang diambil tanaman unutk pertumbuhannya kembali lagi ke lahan pertanian. Upaya ini untuk menjaga kesuburan tanah.
Pengembalian sisa tanaman perlu memperhatikan agar proses peruraian bahan organik tidak mengganggu tanaman musim tanam berikutnya. Penanaman tanaman sebaiknya menunggu proses peruraian sempurna. Pada saat proses peruraian bahan organik jika terdapat tanaman bisa menyebabkan tanaman sakit. Perlu diperhatikan agar proses peruraian bahan organik tidak mengganggu kesehatan tanaman. Proses peruraian bahan organik tergantung jenis bahan/sisa tanaman.
a.   Tanaman Legum
Pupuk hijau dapat juga ditanam pada waktu sela antar waktu tanam. Contoh tanaman pupuk hijau adalah tanaman kacang-kacangan. Tanaman kacang-kacangan biasanya mempunyai bintil akar. Dalam bintil akar tersebut hidup bakteri yang dapat menambat N2 dari udara yang diperlukan tanaman. Karena itu, bintil akar dapat disebut sebagai “pabrik” pupuk nitrogen alami. Contoh tanaman ini adalah: kacang tanah, kedelai, kacang hijau, dll. Sebagai contoh, tanaman kedelai dapat menambat nitrogen antara 60-168 kg/ha/tahun; kacang tanah 72-142/ha/tahun.
Tanaman legum atau kacang-kacangan mengandung nitrogen lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman non-legum. Daun tanaman legum dapat digunakan sebagai pupuk hijau atau diproses menjadi kompos. Daun tanaman legum sebagai pupuk hijau dapat digunakan secara langsung. Selain daunnya dapat digunakan sebagai pupuk hijau atau bahan kompos tanaman legum juga dapat mengikat nitrogen dari udara. Bintil-bintil akar dari tanaman legum mempunyai kandungan nitrogen yang cukup tinggi. Di dalam bintil akar ini hidup bakteri yang mampu menambat N2 dari udara. Karenanya bintil akar pada tanaman legum dapat dipandang sebagai “pabrik” nitrogen (kalau pupuk kimia urea) alami.
Pemanfaatan waktu sela bisa dimanfaatkan untuk menanam tanaman pupuk hijau. Pemanfaatan waktu sela untuk tanaman pupuk hijau lebih baik jika mempertimbangkan sfiat tanaman sebagai berikut:
-     tanaman lokal, sehingga murah dan mudah didapat
-     cepat berkembang biak dan mengandung unsur hara tinggi
-     mudah tumbuh
-     berupa tanaman semusim dan tidak berkayu serta tumbuh subur
-     bisa tumbuh pada lahan yang ada tanpa persiapan lahan. Ditanam dengan cara ditugal atau disebar
-     tanaman tahan terhadap naungan atau tahan terhadap kekeringan
-     mampu menutup tanah dengan baik dan bisa melilit/merambat pada batang/tanggul sisa tanaman di lahan
-     mudah dibenamkan dalam tanah
Dengan kemampuannya menambat nitrogen dari udara tersebut tanaman legum menjadi sumber unsur hara nitrogen bagi ekosistem tanah. Keunggulan lainnya adalah mudah terurai di dalam tanah sehingga mempercepat penyiapan unsur hara bagi tanaman. Conoth legum adalah pupuk hijau lainnya seperti: orok-orok, lamtoro, turi, dadap, sengon laut, crolataria, gamal, kacang tunggak, kacang buncis dll.
b.   Jerami
Jerami pada tanaman padi banyak sekali mengandung unsur nitrogen. Jerami padi merupakan sumber pupuk organik yang tersedia langsung di lahan pertanian. Mengembalikan jerami ke lahan tanaman adalah sama dengan memberikan pupuk ke dalam tanah. Dalam jerami mengandung banyak sekali unusr nitrogen karena sepertiga unsur nitrogen yang terserap tanaman padi tertinggal pada jerami. Ada berbagai macam cara dalam menangani jerami padi. Pertama jerami langsung ditebarkan ke atas lahan kemudian dibajak sehingga jerami bercampur dengan tanah. Atau mengolahnya dahulu menjadi kompos. Dalam jerami setiap 1,5 ton atau setara dengan 1 ton gabah kering mengandung 9 kg nitrogen, 2 kg  Pospor, 25 kg Silikat, 6 kg Calsium, dan 2 kg Magnesium.Penggunaan jerami selain untuk dikembalikan ke dalam tanah sangat merugikan.
Pembakaran jerami tidak adalah sesuatu yang tidak benar. Pembakaran jerami menyebabkan hilangnya 93% unsur nitrogen dan kalium sebesar 20%. Jika jerami ditimbun di pinggir sawah menyebabkan proses penguraian menjadi lambat. Cairan yang dikeluarkan timbunan jerami akan mematikan tanaman di sekitarnya. Timbunan jerami juga dapat menjadi sarang tikus. Dengan mengembalikan jerami akan mengembalikan unsur pospor, besi, dan juga sulfur dan seng.
Cara pengembalian jerami ke lahan adalah dengan membenamkan  pada lahan pertanian satu bulan menjelang tanam. Hal ini unutk mneghindari proses peruraian jerami mengganggu pertumbuhan tanaman. Dengan pembenaman jerami ketersediaan unsur hara dalam tanah akan mneingkat. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi dalam memproses jerami menjadi pupuk ini.
1.   penyebaran jerami memerlukan tenaga
2.   menyulitkan pengolahan
3.   dapat terjadi, jerami menjadi sarang serangga
Untuk mengatasi tenaga kerja karenanya dapat dilakukan penyebaran jerami secara langsung ke atas lahan tanaman. Dan mendiamkannya selama 1 minggu agar jerami menjadi busuk. Tetapi cara ini mengurangi kandungan unusr hara dalam jerami.
c.   Sekam padi
Sekam padi dapat digunakan untuk memperbaiki struktur tanah dan menambah unusr hara tanah. Penggunaan sekam padi juga akan memperbaiki sifat fisik tanah dengan mengurangi kepadatan tanah. Adanya sekam padi memperluas ketersediaan lengas tanah. Pembenaman sekam secara tidak langsung juga memperbaiki sifat fisik tanah.
d.   Azolla
Azolla merupakan jenis tanaman pakuan yang hidup pada lingkungan perairan dan mempunyai sebaran yang luas. Seperti tanaman legum, tanaman azolla mampu mengikat N2 dari udara. Azolla relatif toleran terhadap kondisi tanah yang asam, sehingga pengembangan azolla tidak memerlukan perlakukan khusus. Azolla merupakan jenis tanaman air yang banyak tumbuh di sawah yang tergenang. Azolla dapat dikembangbiakkan di sebagian petak sawah sebelum ditanami. Karena perkembangan azolla yang cepat ia dapat segera memenuhi seluruh lahan sawah. Azolla mampu berkembang mencapai 100 kali dalam waktu 15 s/d 20 hari. 
Azolla dapat digunakan dengan membenamkannya secara langsung ke dalam tanah. Hal ini disebabkan karena azolla mudah terurai atau terdekomposisi. Bahkan azolla dapat digunakan sesudah masa tanam. Pembenaman azolla akan meningkatkan bahan organik tanah. 5 ton azolla setara dengan nitrogen seberat 30 kg. Karenanya kebutuhan nitrogen untuk tanaman padi dapat digantikan dengan pemanfaatan azolla.
Keunggulan lain dari azolla adalah kemampuannya menekan pertumbuhan gulma air  dan dapat dibudidayakan bersama dengan tanaman padi. Dengan perkembangannya yang cepat azolla menekan pertumbuhan gulma sehingga menekan biaya penyiangan tanaman padi. Namun yang menjadi kendala adalah kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman azolla. Jika masalah air dapat terpenuhi, maka budidaya tanaman azolla tidak menjadi masalah. Sebab tanaman azolla perlu genangan air.

Solusi Rendahnya Kandungan Hara Kompos

Sudah tidak bisa kita pungkiri lagi bahwa penggunaan kompos dapat meningkatkan kualitas dan kesehataan tanah. Penggunaan kompos sudah berlangsung lama dan masih menjadi rekomendasi pada saat pertanian modern seperti ini, apalagi ketika pertaniaan organik mulai menjadi perhatiaan ditengah terjadinya proses penurunan kualitas (degradasi) tanah akibat pemakaian pupuk kimia secara terus-menerus. Kompos seolah menjadi barang wajib para petani dalam menjalankan pertaniaannya. Hal ini menjadi sangat wajar ketika kita mengetahui betapa bermanfaatnya kompos bagi tanah sebagai media tanaman.
Secara kimia kompos adalah penyedia unsur hara, kandungannya lengkap dari unsur hara makro essensial (N,P,K,dll) sampai unsur hara mikro (Bo,Mg,Al dll), namun dengan jumlah yang kecil bila dibandingkan dengan pupuk kimia. Selain itu kompos juga mengandung humus yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman dan dapat mengkhelat logam berat yang membahayakan.
Secara fisika kompos dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah, dapat menyediaakan ruang (pori-pori) bagi udara di dalam tanah dan dapat meningkatkan daya simpan air pada tanah yang memiliki daya simpan yang rendah. Sedangkan secara biologi kompos dapat menunjang kehidupan mikroorganisme tanah yang banyak membantu dalam pertumbuhan.
Di satu sisi peranan kompos bagi pertaniaan sangat jelas, tapi di sisi lain kompos ini memiliki kekurangan. Dari segi kimia kompos dapat dikatakan mengandung unsur hara yang rendah. Hal ini yang menyebabkan sebagiaan besar petani masih secara besar-besaran menggunakan pupuk kimia karena mereka ingin mendapatkan hasil panen yang lebih baik., mskipun dengan resiko terjadi degradasi kualitas tanah. Kekurangan ini menjadi perhatiaan ahli-ahli pertanian khususnya pertaniaan organik. Berkembanglah teknik dalam pengkayaan kompos, agar didapat kompos yang baik secara fisika, kimia, dan biologi sehingga dapat benar-benar aplikatif, efisien dan dapat menggantikan pupuk kimia.
Pengapuran pada Kompos
Hasil terbaik kompos adalah memiliki pH netral atau mendekati alkali. Maka perlu ditambahkan pengapuran pada saat proses pengomposan. Kapur yang dapat digunakan adalah dolomit, kaptan dan kalsium karbonat. Selaiin itu dapat juga memanfaatkan hasil samping industri berupa ampas bijih dan terak.
Pengkayaan dengan Nitogen
Pengkayaan dengan nitrogen dapat dengan cara konvensional yaitu menambahkan pupuk anorganik seperti Urea pada saat pengomposan. Namun manurut pandangan saya hal ini dapat menghilangkan ”keotetikan” kompos itu sendiri sebagai pupuk organik. Kedua adalah teknik penambahan bahan-bahan organik dengan kandungan nitrogen tinggi seperti pupuk kandang, urine hewan, tanaman legum atau bahkan azolla pinata, tinggal pilih mana bahan yang paling mudah didapatkan. Selain dapat meningkatkan kandungan unsur nitrogen pada produk akhir, penambahan bahan organik kaya nitrogen ini dapat mempengaruhi nilai C/N bahan kompos sehingga dapat mempercepat proses pengomposan.
Pengkayaan dengan Fosfor
Pengkayaan dengan fosfor dapat dilakukan dengan mencampurkan fospat alam sebanyak 5 % pada saat pengomposan. Sumber lain dapat digunakan juga tepung tulang (2-4% fosfor), pohon pisang (1-2% fosfor), namun penggunaan posfat alam kandungan rendah (<11%) masih paling banyak digunakan karena mengandung juga kalsium dan unsur mikro yang cukup tinggi.
Pengkayaan dengan Kalium
Serbuk granit seperti feldspar, kulit dan batang piasang (34-42% kalium), kulit kentang,  rumput laut dan bakung air adalah bahan-bahan alami yang dapat ditambahkan sebagai pengkaya kompos dalam hal unsur hara kalium.
Pengkayaan Mikroba
Penambahan mikroorganisme menguntungkan dapat juga meningkatkan kandungan unsur hara kompos. Selain mempergunakan mikroba pendegradasi seperti EM4, Orgadec dsb., untuk membantu dalam mepercepat proses pengomposan, dapat juga ditambahkan bakteri pelarut fospat seperti Bacillus Meghaterium yang dapat meningkatkan ketersediaan unsur fosfor dan dapat tersedia bagi tanaman. Atau dengan penambahan bakteri penambat N dari udara seperti Azospirillum Sp. dan Azotobacter yang dapat menambat nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat diserap oleh tanaman.

Mencari Sumber Pupuk Organik

(Solo Pos,  28 Maret 2007)
 
Oleh : Prof.Dr.Ir.H. Suntoro Wongso Atmojo. MS.
Dekan Fakultas Pertanian UNS. Solo.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah, diperlukan penambahan organik secara berangsur. Masalah utama dalam penggunaan pupuk organik adalah perlu jumlah yang terlalu banyak, dan ketidak tersediaan sumber bahan organik di lapang. Memang pupuk kandang telah terbukti sejak nenek moyang kita sebagai pupuk yang mampu untuk mempertahankan bahkan memperbaiki kesuburan tanah. Kita tidak bisa mengandalkan pupuk kandang sebagai satu-satunya sumber bahan organik, mengingat populasi ternak yang dimiliki petani semakin lama semakin berkurang. Oleh karena itu perlu dicari sumber bahan organik yang potensial  setempat. Potensial setempat yang dimaksud adalah sumber bahan organik tersebut mudah didapatkan dilapangan, dalam jumlah memadai, dan efektif dalam peningkatan keharaan tanah.
Sebenarnya sumber bahan organik yang ada di lapangan cukup banyak namun terkadang kita belum tahu atau tidak biasa menggunakannya. Berbagai sumber bahan organik yang dapat dikembangkan antara lain: pupuk hijau (hasil pangkasan tanaman), sisa tanaman (misal jerami), sampah kota dan limbah industri.
Pupuk Hijau.
Bahan organik yang digunakan sebagai sumber pupuk dapat berasal dari bahan tanaman, yang sering disebut sebagai pupuk hijau. Biasanya pupuk hijau yang digunakan berasal dari tanaman legum, karena kemampuan tanaman ini mampu mengikat N2-udara dengan bantuan bakteri rizobium, menyebabkan kadar N dalam tanaman relatif tinggi. Karena kandungan hara nitrogennya tinggi, maka penggunan  pupuk hijau dapat diberikan langsung bersama pengolahan tanah, tanpa harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu.
Sebenarnya penggunaan pupuk hijau ini bukan barang baru lagi, namun karena sudah banyak ditinggalkan oleh petani maka pupuk hijau ini terabaikan. Misalnya pada tahun tujuh puluhan,  merupakan suatu keharusan pihak pabrik tembakau di Klaten, menanam Crotalaria juncea (orok-orok) pada setiap habis panen tembakau, bertujuan untuk mengembalikan dan memperbaiki kesuburan tanahnya. Setelah tembakau dipanen, ditanam orok-orok, setelah besar maka tanaman orok-ork ini dirobohkan dan dicampur dengan tanah saat pengolahan tanah (pembajakan) yang kemudian digenangi. Tetapi pada masa sekarang keharusan tersebut sukar dipenuhi baik oleh pihak pabrik maupun petani. Petani merasa keberatan bila sawahnya ditanami legum (orok-orok), karena dianggap tidak produktif, selama penanaman orok-orok (sekitar 1 bulan). Tanaman Crotalaria juncea di samping hasil biomasanya tinggi juga mempunyai kandungan N tinggi pula (3,01 % N).
Masih banyak tanaman legum lainya sebagai pupuk hijau yang dapat dikembangkan yang memiliki kualitas hara tinggi. Tanaman legum semusim yang berbentuk perdu yang lain yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau adalah Tephrosia candida, sedang yang berbentuk semak berbatang lembek antara lain Colopogonium muconaides (3,2  % N), Centrosema. Sp, dan Mimosa invisa yang banyak digunakan di perkebunan-perkebunan karet dan kelapa sawit. Untuk tanaman pupuk hijau yang berbentuk pohon yang biasa digunakan sebagai pohon pelindung atau sebagai tanaman pagar dalam sistem pertanian lorong antara lain Glerisedia sepium (gamal) (3,46 % N), Leucaena glauca (lamtoro) , dan Sesbania grandiflora (turi putih) (2,42 % N).
   Tumbuhan air yang banyak dikembangkan sebagai pupuk hijau adalah Azolla ( A. mexicana, A. microphylla dan A. pinnata). Tanaman air ini termasuk tanaman penambat N2 udara. Azolla apabila dimasukkan dalam tanah, pada kondisi tergenang akan terombak dan selama 2 minggu mampu melepas 60-80 % dari N yang dikandungnya. Penggunaan Azzola sebagai pupuk ini cukup potensial dikembangkan dilahan persawahan. Dalam penelitian dilaporkan penggunaan Azolla untuk budidaya padi sawah mampu memasok 20-40 kg N per hektar ke dalam tanah dan mampu meningkatkan hasil padi 19,23 % atau 0,5 ton per hektar. Apabila penggunaan azolla diberikan dua kali yaitu sebelum dan sesudah tanam,  peningkatan hasil padi bisa mencapai 38,46 % atau 1 ton per hektar.
Contoh lain tanaman air yang banyak digunakan masyarakat sekitar Rawapening adalah memanfaatkan tanaman enceng gondok sebagai sumber bahan organik untuk pupuk. Sebenarnya enceng gondok sebagai pencemar pengairan yang banyak kita dapatkan diperairan kita seperti di sungai-sungai, dam dan waduk yang dekat dengan perkotaan atau daerah pertanian, karena adanya pengayaan hara dalam perairan maka tumbuh tanaman ini. Walaupun tanaman ini tidak bisa menmbat N, namun karena pertumbuhan cepat dan biomasa/volumenya banyak dan bahannya sangat lunak dan berair, maka enceng gondok potensial dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang berkulitas. Pupuk organik ini banyak digunakan untuk tanaman hias, hortikultura dan bahkan perkebunan.
   Pada akhir-akhir ini, mengingat semakin terbatasnya bahan organik yang tersedia, maka dikembangkan tanaman-tanaman nonlegum untuk dapat digunakan sebagai bahan pupuk hijau yang cukup potensial. Tentunya harus ada pedoman atau patokan bahan tanaman yang potensial dapat digunakan untuk pupuk. Suatu tanaman dapat digunakan sebagai pupuk hijau apabila (1) cepat tumbuh; (2) bagian atas banyak dan lunak (succulent); dan (3) kesanggupannya tumbuh cepat pada tanah yang kurang subur, sehingga cocok dalam rotasi. Terkadang kita tidak berfikir penggunaan bahan organik mempunyai kelebihan dalam pelepasan hara dapat secara perlahan-lahan, sehingga akan berpengaruh pada penyediaan jangka panjangnya. Sehingga pengaruh residu bahan organik dapat dirasakan pada musim tanam berikutnya.
Sebenarnya banyak bahan yang dapat kita gunakan sebagai sumber bahan organik untuk pupuk. Bahkan dalam penelitian yang telah saya lakukan, taaman kirinyu atau krenu (Cromolaena odorata) ternyata mempunyai potensi untuk digunakan sebagai tanaman pupuk hijau pada budidaya kacang tanah. Biomasa kirinyu mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi, mengandung hara nitrogen 2.65% N, mengandung hara fosfor 0.53% P dan  mengandung hara kalium 1.9% K sehingga biomasa kirinyu merupakan sumber bahan organik yang potensial untuk perbaikan kesuburan tanah. Contoh yang lain untuk daerah dataran tinggi, banyak tumbuh tanaman perdu lainya yang dapat digunakan sebagai bahan pupuk hijau antara lain tanaman paitan (Titonia diversifolia), tanaman ini telah dikembangkan sebagai sumber bahan organik untuk meningkatkan ketersediaan hara.
Sisa tanaman dan Sampah Kota.
Sisa tanaman dapat digunakan sebagai pupuk yang berperan sebagai suatu cadangan yang dapat didaurkan kembali untuk meningkatkan ketersediaan dan pengawetan hara dalam tanah. Dalam penggunaan sisa tanaman ini tentunya harus dilihat kandungan haranya. Praktek-praktek pengelolaan sisa tanaman memegang peranan utama dalam mengatur ketersediaan hara yang terkandung dalam sisa tanaman. Jerami padi, jagung dan tebu merupakan sisa tanaman yang mempunyai nisbah C/N yang tinggi, sehingga perlu adanya waktu pemeraman (incubation), atau pengomposan terlebih dahulu dalam praktek pemakaiannya.
Sampah kota merupakan bahan organik yang banyak kita temukan di kota-kota besar, yang merupakan permasalahan lingkungan dalam penanganannya. Usaha penggunaan sampah kota untuk aplikasi langsung di lahan pertanian, umumnya mengalami berbagai permasalahan. Beberapa sebab ketidak berhasilan penggunaan sampah kota sebagai pupuk antara lain: (1) masalah ekonomi pengumpulannya dan pemindahan bahan, (2) kesulitan pemisahan dan pensortiran bahan yang tidak terlapukan secara biologis (seperti : kaca, plastik, logam), (3) kandungan hara khususnya N setiap bahan sangat bervariasi. Apabila bahan yang tahan lapuk telah dipilahkan, suatu teknologi yang dapat direkomendasikan untuk pemanfaatan sampah kota adalah pengomposan.
Sifat yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sampah kota : (1) Adanya kontaminasi gelas, plastik dan logam, sehingga bahan-bahan ini perlu dikeluarkan dari bahan pupuk; (2) Kandungan hara. Nilai C/N bahan pada umumnya masih relatif tinggi sehingga perlu pengomposan; (3) Komposisi organik sampah kota sangatlah bervariasi, bahkan kadang-kadang terdapat senyawa organik yang bersifat racun bagi tanaman; (4) Terdapat banyak sekali macam mikrobia dalam sampah kota baik bakteri, fungi dan actinomycetes, bahkan perlu diwaspadai adanya mikrobia patogen bagi tumbuhan atau manusia.
Pengomposan.
Pengomposan bertujuan untuk mematangkan bahan organik yang masih mentah. Bahan organik yang masih mentah (C/N tinggi), seperti jerami padi, jagung dan sampah kota, apabila diberikan secara langsung ke dalam tanah akan berdampak negatip terhadap ketersediaan hara tanah.  Bahan organik langsung akan disantap oleh mikrobia untuk memperoleh energi, dan akan memerlukan hara untuk tumbuh dan berkembang, yang diambil dari tanah yang seyogyanya digunakan oleh tanaman, sehingga justru terjadi persaingan mikrobia dan tanaman untuk memperebutkan hara yang ada. Oleh karena itu bahan harus kita komposkan dahulu.
Salah satu cara pengomposan yang sederhana adalah proses pengomposan aerob, cara ini paling mudah dilakukan dan hasilnya relatif memuaskan. Sebenarnya proses pengomposan aerobik sampah kota ini, dapat diterapkan dalam skala kecil. Yaitu sampah yang telah diambil dari rumah tangga yang telah dipisahkan dari sampah anorganik ditumpuk disuatu tempat dengan ketinggian tidak lebih dari 1,5 m, kemudian tumpukan sampah ini diusahakan jangan terjadi pemadatan untuk menjamin pasokan aliran udara (aerasi)  di antara celah-celah antar sampah. Setelah itu aktifitas biologi (mikrobia) mulai berjalan untuk mulai proses perombakan sampah organik. Proses perombakan aerobik ini berlangsung kurang lebih dalam 45 hari.
Selama proses pengomposan berlangsung perlu kondisi kelembaban dan sirkulasi udara yang cukup baik untuk aerasi. Pada hari ke 5-25 suhu dalam tumpukan akan meningkat. Tumpukan bahan semakin tambah hari akan semakin menyusut. Selama pengomposan dalam keadaan aerob ini tidak menimbulkan bau busuk bahkan sering kali menimbulkan aroma yang menyegarkan. Proses akan lebih cepat jika kita siramkan air kencing sapi, domba dan lainnya. Unsur amoniak (N) dari kencing ini akan memacu proses perombakan. Atau dapat kita tambahkan hara (pupuk). Untuk menjaga kelembaban perlu penyiraman secara periodik. Pembalikan bahan perlu dilakukan. Kompos sudah matang jika temperaatur stabil dan tidak panas lagi serta bentuk fisiknya berubah. Oleh karena itu sumber bahan organik yang dapat kita gunakan dapat kita cari  dari yang ada disekitar kita, sehingga saatnya kita menuju ke pertanian organik.
sumber: http://www.kompasberita.com/2012/09/mencari-sumber-pupuk-organik
sumber: http://www.docstoc.com/docs/119475385/Pertanian-organik-Integrasi-ternak-dan-tanaman